Sekarang ini, semakin banyak anak dan remaja yang berpotensi terkena diabetes. Waspadai tanda hitam di tengkuk, ketiak, dan ruas-ruas jari.
Menurut Aman Bhakti Pulungan, dokter spesialis endokrinologi anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), guratan hitam itu disebut acanthosis nigrican, ini merupakan penumpukan berlebihan sel-sel kulit akibat menebalnya lapisan tanduk. Penebalan ini lazim ditemui pada anak dan remaja yang mengalami kegemukan dan obesitas. 74 persen anak yang mengidap obesitas memiliki guratan hitam seperti itu. Kenapa acanthosis terjadi pada lipatan tubuh, hal itu masih menjadi misteri.
Meski menyimpan misteri, kelainan di kulit itu justru menyingkap hal lain. Acanthosisadalah salah satu penanda resistansi insulin (penolakan tubuh terhadap hormon yang dibentuk dalam pankreas yang mengendalikan kadar gula dalam darah). Atau insulinnya sudah cukup, tapi tidak bekerja sehingga kadar gula darah tinggi. Demikian menurut penjelasan Dante Saksono Harbuwono, ahli diabetes di FKUI-RSCM.
Di samping itu, Aman menambahkan, resistensi insulin ini yang menjadi dasar terjadinya kondisi pra-diabetes melitus tipe 2. Pra-diabetes adalah kondisi menjelang terkena kencing manis (ibarat tamu, penyakit ini sudah mengintip di pintu). Penderitanya masih bisa mengontrol gula darah tanpa obat, tapi bukan berarti sembuh. Diabetes tipe 2 menyedot perhatian karena lebih dari 90 persen kasus diabetes merupakan tipe 2.
“Sudah saatnya kita kampanyekan bahwa obesitas merupakan diagnosis suatu penyakit, termasuk diabetes,” ujar Aman ketika menyambut Hari Diabetes Sedunia, 14 November.
Selain karena obesitas, penolakan insulin bisa disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti keturunan; pola makan tidak sehat, misalnya tinggi lemak atau tinggi karbohidrat; serta kurang aktivitas fisik dan olahraga.
Agar pengidap obesitas tidak menjadi diabetes, anak dan remaja yang tubuhnya menolak insulin harus mengubah gaya hidup (misalnya, dengan Jurus 5210). Adapun bagi mereka yang sudah telanjur masuk pra-diabetes, ada tambahan terapi, yaitu minum obat-obatan seperti metformin. Menurut peneletian, perubahan gaya hidup dapat mencegah atau memperlambat timbulnya diabetes tipe 2 sebanyak 58 persen.
Ketua Bidang Ilmiah Ikatan Dokter Anak Indonesia dokter Aman Bhakti Pulungan menjelaskan mengenai Jurus 5210 ini:
5 kali (minimal) makan buah dan sayur setiap hari. Usahakan buah dan sayur selalu ada, meski buah yang harganya murah.
2 jam duduk sudah terlalu lama. Di luar waktu sekolah, anak tidak boleh duduk lebih dari dua jam. Waktu menonton televisi, main game, dan sebagainya harus dipangkas. Kebanyakan duduk membuat metabolisme tubuh terganggu dan tidak ada pembakaran kalori sehingga memicu obesitas.
1 jam aktivitas fisik setiap hari. Selain beraktivitas fisik satu jam per hari, anak mesti berolahraga terstruktur selama 20 menit minimal tiga kali dalam sepekan. Aktivitas fisik bisa berupa jalan, naik tangga dan sebagainya. Kebiasaan turun dari mobil, masuk kelas, dijemput langsung masuk mobil lagi harus dibuang. Olahraga bisa dipilih, seperti jalan, lari, bersepeda, dan berenang.
0 gram gula. Sesedikit mungkin mengonsumsi minuman manis. Saat ini kebanyakan anak minum yang serba manis, seperti teh dan jus. Semua itu harus diganti dengan banyak minum air putih.
Jurus 5210 adalah rumus sederhana untuk mengerem laju pertumbuhan jumlah anak pengidap obesitas. Jika tidak, coba Anda bayangkan berapa anak dan remaja obesitas yang bakal hidup dengan diabetes tipe 2!!!
Diolah dari majalah Tempo Edisi November 2012